A.
Latar belakang
Pembahasan mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat
porsi yang besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu
kesatuan kajian sejarah peradaban islam. kalau empat kawasan budaya islam
tersebut termasuk dalam kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di
bahas di bagian tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh
adalah salah satu rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke
tujuh. Maluku adalah tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di
hutan dan akhirnya ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala
mereka masih menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang.
Sepintas lalu kita akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita
berfikir bahwasannya di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai
perniagaan cengkeh ke Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh
kemungkinan bahwa mereka telah datang kesana pada waktu itu.
A.
Sejarah Perkembangan Islam di Kepulauan Maluku
Diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate
masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang
telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan
nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk
Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan
Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Penduduk
lokal Kampung Wawane, Provinsi Maluku, merupakan penganut animisme.
Lalu seabad kemudian, hal tersebut mulai berubah seiring dengan
kedatangan pedagang Jawa ke provinsi ini. Pedagang-pedagang Jawa ini tidak
hanya berdagang, namun juga menyebarkan ajaran Islam. Mereka mencoba mengenalkan
Islam kepada masyarakat lokal di Maluku, dan kepercayaan animisme sedikit demi
sedikit mulai memudar di Kampung ini.
Kedatangan
Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai penduduk
asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari
penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah
syiar Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua
maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam
Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.
Raja ternate pertama yang diketahui memeluk agama islam
adalah Raja Kolano Marhum dan diikuti oleh seluruh kerabat dan pejabat istana.
Sepeninggal beliau, kerajaan ternate dipimpin oleh putranya Zainal Abidin
(1486-1500) yang memakai gelar sultan. Sejak kepemimpinan Sultan Zainal Abidin
agama islam diakui sebagai agama resmi kerajaan dan diberlakukannya syariat
islam. Kemudian beliau membentuk lembaga kerajaan sesuai hokum islam dengan
melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di
Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang
pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan
berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan
Bualawa" (Sultan Cengkih).
Terkenal dengan daerahnya yang subur dan merupakan penghasil
rempah-rempah terbesar, kepulauan Maluku banyak didatangi pedagang-pedagang,
diantaranya pedagang-pedagang islam. Kedatangan para pedagang islam di Maluku,
secara tidak langsung membuat agama islam tersebar melalui jalur perdagangan
yang selanjutnya disebarkan oleh para mubaligh atau ulama yang salah satunya
berasal dari pulau jawa.
Perkembangan Islam di Maluku selanjutnya ditandai dengan
dibangunnya Masjid Wapaue pada 1414 yang merupakan masjid tertua yang ada di
Indonesia. Mesjid tua Wapauwe ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di
desa Kaitetu, Kabupaten Hila, Provinsi Maluku. Terletak di kampung Wawane, dan
menurut sejarah setempat mesjid ini dibangun saudagar-saudagar kaya yang
bernama Perdana Jamillu dan Alahulu.
Masjid ini dinamakan Masjid Wapaue karena terletak di bawah
pohon mangga. Dalam bahasa setempat, "wapa" berarti "bawah"
dan "uwe" berarti mangga. Keseluruhan bangunan masjid ini terbuat
dari kayu sagu yang dilekatkan satu sama lain tanpa menggunakan paku. Sampai
saat ini Masjid Wapaue ini masih terawat dan digunakan juga sebagai galeri
museum yang berisi koleksi-koleksi antik peninggalan kebudayaan muslim maluku
kuno antara lain Bedug yang berumur seratus tahun, Al-Quran antik yang ditulis
tangan, sebuah kaligrafi tulisan arab yang ditaruh di sebuah lempengan metal
dan sebuah timbangan kayu yang digunakan untuk menimbang zakat.
B. Kerajaan
Islam Di Maluku
4.
Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan
tertua di Maluku. Namun, karena penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak
maka ketiga daerah itu lebih menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321.
Wilayahnya meliputi; sebagian Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya
Islam di kerajaan ini, tidak lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia
Husin, Patih Putah dan Syekh Mansur.
5.
Kerajaan Bacan
Raja pertama
dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang memeluk agama Islam sejak
1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam pemerintahannya didampingi oleh
seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya meliputi; Kepulauan Bacan, Obi, Waigeo,
Solawati dan Irian Barat (Papua).
Raja-raja
yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati, Fataruba,
Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin (memeluk
Islam).
6.
Kerajaan
Ternate
Pada awalnya penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga
eksodus dari Halmahera. Awalnya, di Ternate, terdapat empat kampung yang
masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Mereka itulah yang
mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru untuk
mencari rempah-rempah. Mereka jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore,
Bacan dan Jailolo. Penduduk ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang
yang bermukim disana, mulai dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa.
Dengan hal ini, menyebabkan datangnya para perampok sehingga muncullah ide para
momole untuk mengangkat seorang raja tunggal.
Raja terpilih yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan
kerajaan gapi berpusat di kampung ternate sehingga orang-orang lebih suka
mengatakan kerajaan ternate. Berkembangnya kerajaan Ternate
menimbulkan iri hati terhadap kerajaan di sekelilingnya. Timbullah sengketa
antara Ternate dan Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal ini,maka diadakan
sebuah persetujuan yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini menyatakan bahwa
Raja Jailolo akan menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua, diikuti raja
Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Ternate
berhasil menempatkan diri sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16, Ternate
berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya.
Islam masuk
di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja Zainal Abidin yang sempat belajar di
Giri. Kemudian, setelah ia kembali di Maluku, ia bertemu dengan Patih Puta yang
sudah menganut agama Islam. Kemudian, mereka bekerja sama dengan Mubaligh Datuk
Mulia Husin untuk mengembangkan Islam sampai ke Kerajaan Jailolo. Tak lama
kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal ini membangkitkan pertentangan di
Ternate, baik dari segi perdagangan maupun persaingan agama. Portugis membawa
agama Kristen yang ditanamkan oleh Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku.
Dengan hal ini, mengakibatkan orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk
melawan Portugis sehingga jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.
7.
Kerajaan
Tidore
Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai
pulau bergunung api. Kerajaan tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku
utara). Pendiri pertama kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati. Menurut
catatan Portugis, Tidore berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun
tidak diketahui pusat kerajaannya ada dimana. Sejak awal berdirinya Tidore
sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan keberadaannya.
Barulah pada masa raja Kolano Balibunga pusat kerajaan diketahui yaitu di
Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa kali terjadi perpindahan ibu kota
atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari
pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang luas bahkan menjauhi dari serangan
para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun
1521, Sultan Mansur di Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi
Ternate yang bersekutu dengan Portugis. Kedatangan Spanyol diprotes oleh
Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494.
Pertikaian Portugis dan Spanyo
memperlemah kedudukan Tidore dan Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di
Tidore. Akhirnya, pertikaian ini di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian
Tordesillas yang mempertegas bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.
Setelah
Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di
wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap
wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain
kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun
ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda. Hal ini,terjadi
pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku memberi kebebasan kepada Inggris untuk
menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan perjanjian damai dengannya.
D. Raja-Raja di Kerajaan Maluku
Adapun raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1.
Baab
Mashur Malamo
2.
Jamin
Qadrat
3.
Komala
Abu Said
4.
Bakuku
(Kalabata)
5.
Ngara
Malamo (Komala)
6.
Patsaranga
Malamo
7.
Cili
Aiya (Siding Arif Malamo)
8.
Panji
Malamo
9.
Syah
Alam
10. Tulu Malamo, Dll.
Adapun
raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:
1.
Sultan
Nuruddin
2.
Sultan
Hasan Syah
3.
Sultan
Cirililiat Alias Jamluddin
4.
Sultan
Mansyur
5.
Sultan
Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6.
Sultan
Rijali Mansur
7.
Sultan
Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8.
Sultan
Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9.
Sultan
Fola Madjino Alias Zainuddin
10. Sultan Ngora Malamo Alias Alaudin,
Dll.
E. Masa
Kejayaan Ternate dan Tidore
1.
Masa
Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan
Ternate berada pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Baabullah yang
dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate yaitu meliputi; batas-batas di utara
sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima, di Timur sampai Irian Barat (Irian
Jaya) dan di sebelah Barat sampai Makassar.
2.
Masa kejayaan kerajaan Tidore
Pada masa
Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat. Mulai dari wilayah
kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore,
Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama
pulau yang hingga saat ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro,
Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.
A.
Kesimpulan
Kedudukan raja Islam di Maluku
semakin tinggi dan penting berkat perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan
rasa semangat untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur
perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan
Jailolo, Kerajaan Bacan, Kerajaan
Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur dari Maluku,
Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore
berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka
hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk
menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu
mengusir Belanda.
Abimanyu, Soedjipto. (2014). Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan
Raja-Raja Nusantara. Cet. 1.
Jogjakarta: Laksana.
Daliman. A.
2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.
Hamka.
(1981). Sejarah Umat Islam Jilid IV.
Cet. 3. Jakarta: Bulan Bintang
Yatim, Badri.
(2010). Sejarah Peradaban Islam.
Cet. 22. Jakarta: Raja Grafindo Persada.