PERKEMBANGAN ISLAM DI MALUKU -->

Header Menu


PERKEMBANGAN ISLAM DI MALUKU

17 November 2017

A.      Latar belakang
Pembahasan mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat porsi yang besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah peradaban islam. kalau empat kawasan budaya islam tersebut termasuk dalam kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di bahas di bagian tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh adalah salah satu rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke tujuh. Maluku adalah tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di hutan dan akhirnya ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala mereka masih menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang. Sepintas lalu kita akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita berfikir bahwasannya di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai perniagaan cengkeh ke Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh kemungkinan bahwa mereka telah datang kesana pada waktu itu.

A.    Sejarah Perkembangan Islam di Kepulauan Maluku
Diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Penduduk lokal Kampung Wawane, Provinsi Maluku, merupakan penganut animisme. Lalu seabad kemudian, hal tersebut mulai berubah seiring dengan kedatangan pedagang Jawa ke provinsi ini. Pedagang-pedagang Jawa ini tidak hanya berdagang, namun juga menyebarkan ajaran Islam. Mereka mencoba mengenalkan Islam kepada masyarakat lokal di Maluku, dan kepercayaan animisme sedikit demi sedikit mulai memudar di Kampung ini.
Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai penduduk asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah syiar Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.
Raja ternate pertama yang diketahui memeluk agama islam adalah Raja Kolano Marhum dan diikuti oleh seluruh kerabat dan pejabat istana. Sepeninggal beliau, kerajaan ternate dipimpin oleh putranya Zainal Abidin (1486-1500) yang memakai gelar sultan. Sejak kepemimpinan Sultan Zainal Abidin agama islam diakui sebagai agama resmi kerajaan dan diberlakukannya syariat islam. Kemudian beliau membentuk lembaga kerajaan sesuai hokum islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
Terkenal dengan daerahnya yang subur dan merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, kepulauan Maluku banyak didatangi pedagang-pedagang, diantaranya pedagang-pedagang islam. Kedatangan para pedagang islam di Maluku, secara tidak langsung membuat agama islam tersebar melalui jalur perdagangan yang selanjutnya disebarkan oleh para mubaligh atau ulama yang salah satunya berasal dari pulau jawa.
Perkembangan Islam di Maluku selanjutnya ditandai dengan dibangunnya Masjid Wapaue pada 1414 yang merupakan masjid tertua yang ada di Indonesia. Mesjid tua Wapauwe ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di desa Kaitetu, Kabupaten Hila, Provinsi Maluku. Terletak di kampung Wawane, dan menurut sejarah setempat mesjid ini dibangun saudagar-saudagar kaya yang bernama Perdana Jamillu dan Alahulu.
Masjid ini dinamakan Masjid Wapaue karena terletak di bawah pohon mangga. Dalam bahasa setempat, "wapa" berarti "bawah" dan "uwe" berarti mangga. Keseluruhan bangunan masjid ini terbuat dari kayu sagu yang dilekatkan satu sama lain tanpa menggunakan paku. Sampai saat ini Masjid Wapaue ini masih terawat dan digunakan juga sebagai galeri museum yang berisi koleksi-koleksi antik peninggalan kebudayaan muslim maluku kuno antara lain Bedug yang berumur seratus tahun, Al-Quran antik yang ditulis tangan, sebuah kaligrafi tulisan arab yang ditaruh di sebuah lempengan metal dan sebuah timbangan kayu yang digunakan untuk menimbang zakat.

B.     Kerajaan Islam Di Maluku
4.        Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku. Namun, karena penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka ketiga daerah itu lebih menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya meliputi; sebagian Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di kerajaan ini, tidak lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin, Patih Putah dan Syekh Mansur.
5.        Kerajaan Bacan
Raja pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang memeluk agama Islam sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam pemerintahannya didampingi oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya meliputi; Kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).
Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati, Fataruba, Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin (memeluk Islam).
6.        Kerajaan Ternate
Pada awalnya penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya, di Ternate, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Mereka itulah yang mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah-rempah. Mereka jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Penduduk ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang yang bermukim disana, mulai dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa. Dengan hal ini, menyebabkan datangnya para perampok sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat seorang raja tunggal.
Raja terpilih yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi berpusat di kampung ternate sehingga orang-orang lebih suka mengatakan kerajaan ternate. Berkembangnya kerajaan Ternate menimbulkan iri hati terhadap kerajaan di sekelilingnya. Timbullah sengketa antara Ternate dan Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal ini,maka diadakan sebuah persetujuan yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini menyatakan bahwa Raja Jailolo akan menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua, diikuti raja Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Ternate berhasil menempatkan diri sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16, Ternate berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya. 
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja Zainal Abidin yang sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di Maluku, ia bertemu dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian, mereka bekerja sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam sampai ke Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal ini membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.
7.        Kerajaan Tidore
Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau bergunung api. Kerajaan tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara). Pendiri pertama kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati. Menurut catatan Portugis, Tidore berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun tidak diketahui pusat kerajaannya ada dimana. Sejak awal berdirinya Tidore sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan keberadaannya. Barulah pada masa raja Kolano Balibunga pusat kerajaan diketahui yaitu di Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa kali terjadi perpindahan ibu kota atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang luas bahkan menjauhi dari serangan para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan Portugis. Kedatangan Spanyol diprotes oleh Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494. Pertikaian Portugis  dan Spanyo memperlemah kedudukan Tidore dan Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya, pertikaian ini di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang mempertegas bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda. Hal ini,terjadi pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku memberi kebebasan kepada Inggris untuk menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan perjanjian damai dengannya.
 
D.    Raja-Raja  di Kerajaan Maluku
Adapun raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1.        Baab Mashur Malamo
2.        Jamin Qadrat
3.        Komala Abu Said
4.        Bakuku (Kalabata)
5.        Ngara Malamo (Komala)
6.        Patsaranga Malamo
7.        Cili Aiya (Siding Arif Malamo)
8.        Panji Malamo
9.        Syah Alam
10.    Tulu Malamo, Dll.
Adapun raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:
1.        Sultan Nuruddin
2.        Sultan Hasan Syah
3.        Sultan Cirililiat Alias Jamluddin
4.        Sultan Mansyur
5.        Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6.        Sultan Rijali Mansur
7.        Sultan Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8.        Sultan Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9.        Sultan Fola Madjino Alias Zainuddin
10.    Sultan Ngora Malamo Alias Alaudin, Dll.

E.       Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1.        Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Baabullah yang dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate yaitu meliputi; batas-batas di utara sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima, di Timur sampai Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah Barat sampai Makassar.
2.        Masa kejayaan kerajaan Tidore
Pada masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat. Mulai dari wilayah kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore, Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama pulau yang hingga saat ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.

A.      Kesimpulan
            Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan Jailolo, Kerajaan Bacan, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda.
 
SUMBER
Abimanyu, Soedjipto. (2014).  Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara.  Cet. 1. Jogjakarta: Laksana.
Daliman. A. 2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Hamka. (1981).  Sejarah Umat Islam Jilid IV. Cet. 3. Jakarta: Bulan Bintang
Yatim, Badri. (2010).  Sejarah Peradaban Islam. Cet. 22. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Most Popular