MAKALAH TENTANG PAKAIAN ADAT JAWA -->

Header Menu


MAKALAH TENTANG PAKAIAN ADAT JAWA

28 November 2017



A.    Latar Belakang
Adat jawa sangat melekat di Indonesia,khususnya suku jawa. Pada acara tertetu suku jawa tak luput dari adat mereka. Begitu juga dengan pakaian adatnya.Saat acara-acara tertentu adat istiadat jawa harus memenuhi persyaratan adat yang akan di laksanakan.Berikut melody akan membahas tentang pakaian adat jawa tengah yang di pakai pada saat acar-acara tertentu.Baik sejarah asal-usul atau asal mula baju adat Jawa Tengah, kelengkapan apa saja yang di pakai (kostum). Dan bagaimana kostum pernikahan adat Jawa Tengah.
Jenis busana dan kelengkapannya yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada busana upacara seperti yang dipakai oleh seorang garwo dalem misalnya, baju kebaya menggunakan peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung (sanggul), dan dilengkapi dengan perhiasan yang dipakai seperti subang, cincin, kalung dan gelang serta kipas biasanya tidak ketinggalan.
Untuk busana sehari-hari umumnya wanita Jawa cukup memakai kemben yang dipadukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben dipakai untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup lebar dan panjang. Sedangkan stagen dililitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar kuat dan tidak mudah lepas.
Masyarakat Jawa Tengah memiliki kebiasaan untuk menggunakan baju adat daerah tidak hanya pada acara-acara tertentu saja tetapi pada kehidupan sehari-hari. Pada masyarakat di Jawa Tengah, fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik.
Sebagian masyarakat Jawa Tengah masih nyaman menggunakan pakaian daerah Jawa Tengah baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian dari mereka juga menggunakan pakaian daerah Jawa Tengah namun tidak utuh, dalam artian hanya sebagian yang dipakai misalnya untuk laki-laki hanya menggunakan penutup kepala saja (Blankon).

A.     Pakaian Adat Pria
Pakaian adat untuk lelaki Jawa Tengah disebut beskap.Pakaian tersebut dilengkapi dengan blankon di kepala, jarik untuk bagian bawah dan diikat dengan stagen. Dan biasanya juga dilengkapi dengan aksesoris berupa keris yang diselipkan di bagian belakang punggung. Secara lengkap pakaian tradisional yang dikenakan oleh laki-laki di Jawa Tengah dari atas sampai ke bawah terdiri dari :
1.    Udheng
yaitu ikat kepala. Sedangkan jenis udheng yang telah jadi dan tinggal dipakai disebut dengan blankon.
2.    Kulambi
yaitu pakaian berupa baju. Dikenal baju tradisional di Jawa Tengah yaitu Beskap dan Surjan. Namun dikalangan Keraton dikenal beberapa jenis Kulambi yaitu Atellah, Beskap, Sikepan, Langenharjan, Beskap Landhung dan Taqwa.
3.    Sinjang /Dodot
Sinjang atau juga disebut dengan samping yaitu berupa kain batik panjang yang digunakan untuk menutupi badan bagian bawah.
4.    Setagen
Adalah kain yang berfungsi untuk mengencangkan sinjang yang menempel di pinggang
5.    Sabuk
Dalam hal ini sabuk berfungsi untuk menutup stagen dan juga mengencangkan fungsi stagen
6.    Epek Timang dan Lerep
Merupakan kain beludru dengan lebar sekitar 5 cm dan panjang 120 - 150 cm yang digunakan dipinggang diluar sabuk.
7.    Dhuwung
Yaitu berupa senjata berupa keris dan kerangkanya
8.      Cenela atau selop
Yaitu alas kaki berupa sendal selop

B.     Pakaian Adat Wanita
Pakaian adat ini merupakan pakaian yang umum dipakai oleh wanita Jawa Tengah. Jenis busana dan aksesoris yang dipakai oleh wanita Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben, dan kain tapih pinjung dengan stagen.
Busana adat Jawa Tengah untuk wanita biasa disebut dengan "Wusana Kejawen" yang memiliki lambang / arti tertentu. Busana Jawa Tengah untuk wanita yang resmi biasanya terdiri dari baju kebaya, kemben / samping, dan kain tapih yang dikenal dengan stagen. Selain itu wanita Jawa juga menggunakan sanggul dengan konde dikepala serta alas kaki berupa selop.
Kebaya sebagai baju adat Jawa Tengah digunakan oleh wanita baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa baik sebagai busana resmi maupun busana sehari-hari. Ketika digunakan pada acara resmi seperti pada upacara adat yang dikenakan oleh kalangan "garwo dalem" yaitu kebaya dengan peniti renteng, digabungkan dengan kain sinjang atau kain batik, pada bagian kepala rambutnya digelung (disanggul) dan dilengkapi aksesoris berupa subang, cincin, kalung, gelang serta kipas.
Pakaian kaum perempuan adat keraton Surakarta merupakan pakaian tradisional Jawa yang mencerminkan putri keraton. Istilah putri keraton ini mengisyaratkan adanya makna keibuan, keanggunan, kelembutan, kesopanan dan sejenisnya. Kelengkapan pakaian putri, meliputi :
1.    Kebaya
Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah seperti putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang dan kebaya pendek. Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek bagian bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi panjang yang berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya.
2.    Kain Tapih Pinjung
Sebagai bawahan kebaya, kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan, digunakan stagen yang dililitkan di perut sampai beberapa kali sesuai panjang stagennya. Agar tidak terlihat dari luar, stagen kemudian ditutupi dengan selendang pelangi berwarna cerah.
3.    Ungkel atau sanggul
Sanggul (konde) adalah rambut tambahan yang diberi dasar berbentuk bulat seperti tatakan gelas agak kecil, yang dibuat dari kain gaas, kadang-kadang berbentuk oval atau bulat kecil. Rambut tambahan(palsu) tersebut bisa dibentuk bermacam-macam sanggul yang dikenal oleh semua ibu-ibu sebagai sanggul tempel.
4.    Setagen
Adalah kain yang berfungsi untuk mengencangkan sinjang yang menempel di pinggang
5.    Kemben
Kemben tradisional digunakan dengan membungkus sepotong pakaian di sekitar batang tubuh, tepi dilipat dan diamankan, diikat dengan tambahan tali, ditutupi dengan angkin atau selempang yang lebih kecil di sekitar perut.
6.    Jarik
Jarik adalah kain panjang berwarna latar hitam dengan corak batik warna coklat dengan motif batik yang beraneka ragam. Kain sebagai khasanah Batik Tradisional Indonesia seringkali disebut juga jarit. Pada masa lalu nyamping atau jarik yang digunakan biasanya berupa batik tulis, tetapi untuk saat ini rupanya tidak jarang pula dipergunakan batik cap.
7.    Cunduk Jungkat
8.    Selop

C.     Pakaian Resmi
Pakaian resmi adat Jawa Tengah bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri atas beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga, bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di pinggang, destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki). Berikut ini adalah gambar seorang pria yang mengenakan pakaian Jawi Jangkep tersebut. Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih pinjung, konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang, serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian rupa sesuai dengan strata sosial si pemakainya.
1.    Kebaya
Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah seperti putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang dan kebaya pendek. Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek bagian bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi panjang yang berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya.
2.    Kain Tapih Pinjung
Sebagai bawahan kebaya, kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan, digunakan stagen yang dililitkan di perut sampai beberapa kali sesuai panjang stagennya. Agar tidak terlihat dari luar, stagen kemudian ditutupi dengan selendang pelangi berwarna cerah.

D.     Pakaian Pengantin
Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah Selain pakaian resmi, dikenal pula beberapa pakaian pengantin adat dalam budaya Jawa Tengah. Jenis pakaian pengantin sendiri amatlah beragam tergantung dari acara apa yang sedang dihadapi. Untuk diketahui, dalam pernikahan adat Jawa, terdapat beberapa upacara yang harus dijalani oleh sepasang mempelai. Upacara tersebut antara lain upacara midodareni, upacara ijab, upacara panggih, dan upacara setelah panggih. Dalam setiap upacara tersebut, pengantin wajib mengenakan beberapa jenis pakaian yang antara lain sebagai berikut.
1.    Upacara Midodareni
Pada upacara midodareni, pakaian pengantin pria adalah baju Jawi Jangkep yang terdiri atas baju atela, sikepan, udeng,sabuk timang, kain jarik untuk bawahan, keris, dan selop. Sementara wanitanya menggunakan busana sawitan. Busana tersebut terdiri dari kebaya berlengan panjang, stagen, dan kain jarik bercorak batik.
2.    Upacara Ijab
Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik, sedangkan pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan pengantin pria disini terdiri dari dodot bangun tulak, kuluk matak petak, sabuk dengan timang dan cinde, stagen, celana panjang berwarna putih, keris warangka ladrang, dan selop.
3.    Upacara Panggih
Dalam upacara panggih, kedua mempelai menggunakan pakaian adat Jawa Tengah bernama busana basahan. Busana ini terdiri dari kemben, dodot bangun tulak (kampuh), selendang sekar cinde abrit (sampur), dan kain jarik bermotif cinde sekar merah. Selain itu, beberapa perhiasan juga dilekatkan pada tubuh pengantin. Untuk pria, perhiasan tersebut adalah kalung ulur, cincin, timang/epek, bros, dan buntal, sementara untuk pengantin wanita yaitu cunduk mentul, centung, jungkat,kalung, cincin, gelang, bros, subang, dan timang.
4.    Upacara Setelah Panggih Dalam
Upacara setelah panggih, kedua mempelai menggunakan busana kanigaran (wanita) dan busana kapangeranan (pria). Busana kanigara terdiri dari baju kebaya sebagai atasan, kain jarik, stagen, dan selop. Sedangkan busana kapangeranan terdiri dari stagen, kuluk kanigoro, sabuk timang, kain jarik, baju takwo, keris warangka ladrang, dan selop.
Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah banyak mengandung filosofi tentang kesopanan dan berbagai harapan yang baik bagi kedua mempelai agar langgeng dan bahagia dalam mengarungi kehidupan berumah tangga, hal ini sesuai dengan adat budaya masyarakat Jawa tengah yang penuh dengan tata krama dan etika. Penggunaan Kain batik pada kedua mempelai pun memiliki makna, agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak dan tenteram.
Pada umumnya ciri khas dari pakaian pengantin adat Jawa tengah adalah busana dodotan atau kemben dengan kain batik yang biasanya langsung di balutkan pada tubuh pengantin wanita tanpa mengenakan kebaya terlebih dulu. Sedangkan, Pengantin pria biasa tak mengenakan beskap melainkan hanya celana dan kain batik.
Sedangkan Aksesori yang biasa dikenakan oleh kedua mempelai dengan pakaian adat Jawa Tengah memang terkesan megah dengan untaian melati dan berbagai hiasan keemasan. Mempelai wanita mengenakan sanggul tradisional dengan tusuk konde berjumlah 9, dan mempelai pria menyelipkan keris yang juga berhias roncean melati pada bagian belakang kain yang dikenakan.

A.    Kesimpulan
Pakaian Adat adalah pakaian yang memiliki cirikhas tertentu yang dijadikan identitas dari sebuah daerah. Ciri tersebut dapat berupa warna, motif, bahan, dll. Di Indonesia hampir setiap wilayah tertentu memiliki pakaian adat yang menjadi identitas masyarakatnya. Tidak terkecuali daerah Jawa Tengah.
Laki-laki: Pakaian untuk laki-laki disebut beskap . Pakaian ini dilengkapi blangkon di kepala, jarik untuk bagian bawah dan diikat dengan stagen, serta diselipkan keris dibagian belakang.
Perempuan: pakaian untuk perempuan adalah kain kebaya. Menurut sejarah kebaya dipercaya berasal dari Tiongkok kemudian menyebar hingga ke nusantara. Sebelum tahun 1600an kebaya hanya dipakai oleh keluarga kerajaan. Setelah bangsa Eropa(Belanda) masuk, pakaian kebaya dipakai sebagai pakaian resmi perempuan Eropa. 
Pakaian kebaya biasa dipakai dalam pernikahan atau acara yang bersifat tradisional lainnya. Pakaian adat Jawa Tengah perlu terus dilestarikan agar cirikhas masyarakatnya tidak pudar.

Most Popular