A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang dimana
kebanyakan adalah orang yang menganut agama Islam, karena dalam agama ini tidak
ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu maupun agama Budha
yang dimana agama itu sudah berkembang sebelum kedatangan agama Islam. Dalam
agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang
menjadikan derajat orang itu tinggi adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang
menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di
ikuti atau di yakini.
Dalam agama Islam ini Allah telah
berfirman kepada manusia agar ia saling menyampaikan agama Islam kepada orang
lain, yang dimana Firman itu berbunyi “sampaikanlah ajaranku walau satu ayat”.
Rasulullah SAW telah menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh penduduk Makkah
selama berpuluhan tahun dengan mendapatkan berbagai rintangan yang ia hadapi,
sebenarnya masyarakat pada wakyu itu sudah yakin dengan agama Islam , tapi para
bangsawan kaum quraisy membuanh jauh-jauh keyakinan itu, sebab dalam Islam ini
tidak mengenal aakn system kasta atau perbedaan yang lain, jadi kaum bangsawan
sulit untuk di ajak masuk Islam, dan dengan kesabaran dan dan akhirya agama itu dapat di terima oleh
orang-orang baik kaum bangsawan maupun rakyat jelata.Akhirnya agama Islam pun
semakin berkembang. Dari sinilah akhirnya Islam dapat masuk dan berkembang di
Indonesia ini.
Seiring dengan berkembangnya Islam ini
para sejarawan melakukan berbagai penelitian tentang bagaimana cara masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian adanya berbagai teori yang
muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para sejarawan.
A.
Teori
Masuknya Islam di Indonesia
Berbagai teori tentang
masuknyaIslam di Indonesia ini terus muncul sampai saat ini, Fokus ini mengenai
tempat asal kedatangan Islam di Indonesia ini, siapa pembawanya, dan waktu
kedatangannya. Ada beberapa pendapat
tentang masuknya Islam di Indonesia ini.
1.
Teori
Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal
dari Jazirah Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini
dikemukakan oleh Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), ia adalah
seorang ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan
pendapat ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis
perguruan tinggi Islam Negri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan
para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang di Indonesia ini tidak
langsung dari Arab. Bahkan argumentasi yang dijadikan rujukan Hamka adalah
sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Selain itu yang tidak boleh diabaikan
adalah fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab sudah berlayar
mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam
rangka berdagang. Hamka percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di
kepulauan Nusantara saat itu (Budiyanto, 2012).
2.
Teori
Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia ini berasal dari Gujarat pada abad ke-13, Islam
dibawa dan disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan
Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk antara India
dan Nusantara. Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje. Ia mengambil
pendapat ini dari Pijnapel, seorang pakar dari Universitas Leiden Belanda, yang
sering meneliti artefak-artefak peninggalan di Indonesia. Pendapat Pijnapel ini
juga dibenarkan oleh J.P Moquette yang pernah meneliti bentuk nisan
kuburan-kuburan raja-raja pasai. Kuburan Sultan Malik Ash-Shalih. Nisan kuburan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur juga ditelitinya. Dan ternyata
sangat mirip dengan bentuk nisan-nisan kuburan yang ada di Cambay, Gujarat.
Rupanya pendapat ini disanggah oleh S.Q. Fatimi. Pendapat Fatimi ini adalah
bahwa nisan-nisan kuburan yang ada di Aceh dan Gresik justru lebih mirip dengan
nian-nisan kuburan yang ada di Benggala, sekitar Bangladhes sekarang (Mujahid,
2012).
3.
Teori
Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama
Islam yang disebarkandi Indonesia oleh orang-orang Cina. Mereka bermadhab
Hanafi, pendapat ini disimpulkan oleh salah seorang pegawai Belanda pada masa
pemerintahan kolonial Belanda dulu. Hal
ini diperkuat dengan berita Jepang (784 M), yang menceritakan tentang
perjalanan berita Kashin. (Mujahid, 2012).
Teori ini beranggapan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah
berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di
Indonesia. Pada masa Hindu Buddha etnis
Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui
kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah masuk ke Cina pada abad ke-7 M, masa
dimana agama ini baru berkmbang (Budiyanto, 2012).
4.
Teori
Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses
kedatangan Islam ke Indonesia beasal dari daerah Persia atau Parsi (Iran).
Pencetus dari teori inni adalah Hosein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten.
Dalam memberikan argumentasinya, Hosein lebih menitik beratkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dsn
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain
: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syi’ah atas
kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam
tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil
dari bahasa Arab yang ditranslit melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah
ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar
dari JawaTenggah dengan ajaran Sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan
keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai
bertentangan dengan ketauhitan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas
politik dan social. Alasan lain yang dikemukakan Hosein yang sejalan dengan
teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat batu-batu nisan yang
dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan ini adalah bahwa umat
Islam Indonesia menganut mahzab Syafi’i sama seperti kebanyakan muslim (Budiyanto,
2012).
B.
Kondisi
Masyarakat Masa Kedatangan Islam
Agama Islam telah masuk ke Indonesia
semenjak abad pertama Hijriyah atau antara abad ke-7 dan 8 Masehi. Dimulai dari
daerah pantai pesisir Sumatera, kemudian terbentuk kerajaan Islam untuk yang
pertama kali di Aceh. Sebelum Islam masuk di Aceh, sudah ada kerajaan-kerajaan
seperti Kerajaan Lamuri dan kerajaan lain yang disebutkan dalam sumber asing
seperti Perlak dan Pasai. Pada masa kerajaan Lamuri telah tercipta hubungan
yang baik dengan luar negri terutama Cina dan India. Ini memungkinkan karena
letak Aceh yang strategis di jalan lintas perdagangan internasional (encik,
2012).
Kedatangan orang-orang Islam di Asia
Tenggar mungkin belum terasa akibat-akibatnya bagi kerajaan-kerajaan di
negeri-negeri tersebut. Karena usaha-usaha mereka itu baru pada taraf
menjelajahi masalah-masalah di bidang pelayaran dan perdagangan. Kerajaan
Sriwijaya dari abad ke-7 sampai anbad ke-12 di bidang ekonomi dan politik masih
menunjukkan kemajuannya, sejak akhir abad ke-12 mulai menunjukkan kemundurannya
yang prosesnya terbukti pada abad ke-13. Sejalan dengan kelemahan yang dialami
kerajan Sriwijaya, pedagang –pedagang muslim yang mungkin disertai pula oleh
mubaligh-mubalighnya lebih berkesempatan untuk mendapatkan keuntungan dagang
dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung daerah-daerah yang muncul dan
yang menyatakan dirinya sebagai sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah
Samdra Pasai di pesisir timur laut Aceh (Poesponegoro & Notosusanto,
2010:2-3).
Munculnya agama Islam di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh akan budaya, dari kebudayaan orang yang membawa pengaruh
Islam dengan Nusantara. Persentuhan hubungan ini terjadi sebagai salah satu
akibat dari hubungan yang dilakukan antara orang-orang Islam dengan orang-orang
yang ada di Nusantara. Sebab, daerah Nusantara merupakan jalur perdagangan
strategis yang menghubungkan antara dua negara, yaitu Laut Tengah dan Cina.
Hubungan perdagangan yang semakin lama semakin intensif menimbulkan pengaruh
terhadap masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan Arab, Parsi, India, dan Cina di
Nusantara. Dengan kata lain, terjadilah proses akulturasi antara kebudayaan
negara-negara itu dengan kebudayaan Nusantara (Husnayya, 2010)
1.
Kondisi
Sosial Budaya
Pada masa kedatangan Islam di
Indonesia terdapat aneka ragan suku bangsa, organisasi suku pemerintahan,
struktur ekonomi, dan sosial-budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pedalaman, dilihat dari sudut antropologi budaya,
belum banyak mengalami percampuranjenis-jenis bangsa dan budaya dari luar,
seperti India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur ekonomi, sosial, dan budaya
agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir.
Mereka yang berdiam di pesisir lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukan
cirri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang yang disebabkan
percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar (Poesponegoro & Notosusanto,
2010:14).
Kita mengetahui bahwa dalam masa kedatangan
da penyebaran Islam, di Indonesia terdapat Negara-negara yang bercorak Hindu,
seperti di Sumatera yang terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu.
Kerajaan-kerajaan di Sulawesi tersebut tidak menunjukkan pengaruh India atau
Indonesia Hindu, hal ini terlihat dari struktur birokrasi pemerintahan yang
merupakan federasi limpo-limpo dibawah pimpinan Arungmatoa yang biasanya
dipilih dari arung-arung, dan system pemerintahan yang mengenal unsure-unsur
demokrasi (Poesponegoro & Notosusanto, 2010:14).
Dari berita Tome Pire diketahui pula
bahwa di daerah Sumatera di samping banyak kerajaan yang sudah bercorak Islam
juga banyak yang belum memeluk Islam, dank arena itu sering kali disebut cafre.
Struktur pemerintahan seperti telah diberitakan oleh Tome Pire situ diperkuat
lagi oleh Antonio Galvao yang menyebut bahwa di Maluku, setiap tempat merdeka
dengan daerah dan batas-batasnya sendiri.
Penduduknya hidup bersama dalam
masyarakat-masyarakat yang memenuhi keperluannya sendiri. Masyarakat-masyarakat
tersebut diperintah oleh orang tua yang dianggap lebih baik dari pad yang lain
(Poesponegoro & Notosusanto, 2010:15).
2.
Kondisi Politik dan Ekonomi
Pada abad ke-12 situasi dan kondisi
politik bahkan ekonomi kerajaan-kerajaan Indonesia-Hindu pada masa kedatangaan
orang-orang muslim ke daerah Sumatera dan Jawa, Sriwijaya dan Majapahit mulai
mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena politik kerajaan-kerajaan di
Sumatera dan Jawa sendiri dan mungkin juga oleh pengaruh politik perluasan
kekuasaan Cina ke kerajaan-kerajaan di daratan Asia Tenggara (Poesponegoro
& Notosusanto, 2010:19).
Kemunduran Sriwijaya ini disebabkan
karena faktor politik ekskapansi dari kerajaan Singhasari dan Majapahit,
dasamping kemungkinan perluasan pengaruh Cina dan kerajaan-kerajaan di daratan
Asia Tenggara. Untuk Majapahit faktor politik dalam negri sendiri, yaitu
pemberontakan-pemberontakan dan sengketa diantar anggota keluarga raja dalam
perebutan kekuasaan. Adanya pmberontakan, perang perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga raja-raja itu mengakibatkan pula kelemahan bagi perekonomian
rakyat, bahkan juga perekonomian segolongan bangsawan sendiri tidak terlibat dalam perebutan kekuasaan itu,
karena perang-perang itu jelas menghabiskan waktu, tenaga, dan bahkan
keperluan-keperluan hidup. Bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir
utara Jawa melepaskan diri bukan karena factor politik saja, melainkan juga
factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim (Poesponegoro &
Notosusanto, 2010:19).
Sementar itu, dalam suasana politik yang
kacau, banyak pedagang muslim yang mengunjungi Nusantara, diantaranya mungkin
juga terdapat mubaligh-mubaligh. Mereka juga berdiam dalam
perkampungan-perkampungan. Sudah tentu diantara mereka terdapat pula orang
kaya, dan orang muslim tersebut menerima dan memakai bahasa penduduk setempat
yang mereka Islamkan. Mereka mencari budak-budak untuk mereka Islamkan, dengan
cara ini mereka mencari tiap keluarga muslaim menjadi inti masyarakat muslim
dan pusat kegiatan peng-Islaman. Dengan cara perkawinan pula Islam memasuki
lapisan masyarakat bangsawan (Poesponegoro & Notosusanto, 2010:19).
C.
Bukti
Islam masuk di Sumatera
Sejak abad ke-7 M, kawasan Asia
tenggara mulai berkenalan dengan tradisi Islam. Ini terjadi karena para
pedagang muslim, yang berlayar di kawasan ini, singgah untuk beberapa waktu.
Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di semenanjung Melayu dan nusantara.
Di Indonesia, kehadiran Islam secara lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13
M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh, terletak di kecamatan
Samudra di Aceh utara. Pada makam tersebut tertulis bahwa dia wafat pada
Ramadhan 696 H/1297 M. Dalam hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik,
dua teks Melayu tertua Malik Al-Saleh digambarkan sebagai penguasa pertama Kerajaan
Samudra Pasai (Hill, 1960; Ibrahim Alfian, 1973, dalam artikelAmbary).
Untuk menjastifikasi teorinya,
Moquette membandingkan dengan data historis yang lain, yaitu catatan Marco Polo
yang mengunjungi Perlak dan tempat lain di wilayah ini pada 1292 M. Pada proses
islamisasi terjadi, persentuhan pedagang muslim dengan penduduk setempat telah
terjadi di sana untuk sekian lama hingga sebuah kerajaan Muslim berdiri pada
abad ke-13 M, Samudra pasai. Pendiri kerajaan tersebut bias dihubungkan dengan
kelemahan kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-12 dan ke-13 M sebagaimana
dituturkan oleh Chou-Chu-Fei dalam catatan Ling Wa-Tai-ta (1178 M)
(Tjandrasasmmita, 13-14).
Berdirinya kerajaan Samudra Pasai
pada abad ke-13 M merupakan bukti masuknya Islam di Sumatera, selain kerajaan
Samudra Pasai juga ada kerajaan Perlak,
dan kerajaan Aceh. pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset Arkeologi Nasional
Indonesia telah menemukan sejumlah batu Nisan di situs Tuanku Batu Badan di
Barus. Yang terpenting dari temuan itu adalah makam yang mencantumkan sebuah
nama, yaitu Tuhar Amsuri, yang meninggal pada 19 Safar 602 H, sebagaimana
ditafsirkan oleh Ahmad Cholid Sodrie dari pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi
ada penafsiran lain yang mengemukakan bahwa Tuhar Amsuri meninggal pada 19
Safar 972. Tapi dari temuan Arkeologis di barus dikatakan bahwa batu nisan
Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal dari batu nisan Sultan As-Salih yang
tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum kerajaan Samudra Pasai, sudah ada
masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah satu tempat di sekitar pantai
barat Sumatera (Tjandrasasmmita,15-16).
A.
Kesimpulan
Berbagai teori tentang masuknyaIslam di
Indonesia ini terus muncul sampai saat ini, Fokus ini mengenai tempat asal
kedatangan Islam di Indonesia ini, siapa pembawanya, dan waktu
kedatangannya. Ada beberapa pendapat
tentang masuknya Islam di Indonesia ini. Ada teori Makkah, teori Gujarat, teori
Cina, dan teori Persia.
Pada abad ke-12 situasi dan kondisi
politik bahkan ekonomi kerajaan-kerajaan Indonesia-Hindu pada masa kedatangaan
orang-orang muslim ke daerah Sumatera dan Jawa, Sriwijaya dan Majapahit mulai
mengalami kemunduran. Dan pada waktu Srwijaya memgalami kemunduran inilah
terjadi perluasan Islam di Sumatera.
Kehadiran Islam secara lebih nyata
terjadi sekitar akhir abad 13 M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik
al-Saleh, terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara. Pada makam tersebut
tertulis bahwa dia wafat pada Ramadhan 696 H/1297 M. Ia digambarkan sebagai
penguasa pertama Kerajaan Samudra Pasai.
Ambary.
1998. Menemukan Peradaban : Arkeologi dan Islam di Indonesia. PusitArkenas.
Budiyanto,
2012. Teori-teori Masuknya Islam ke Indonesi
Encik.
2012. Masuknya Islam di Sumater
Husnayya.
2010. Bab Iii Pengaruh Islam (Pengantar)